Pemerintah Orde Baru sempat melarang pertunjukan Barongsai selama 32 tahun. Namun, Barongsai dapat bangkit kembali pada pertengahan tahun 1999. Ketika bergulirnya gerakan reformasi pada 1998 yang lalu. Kehidupan politik, sosial budaya dan ekonomi etnis Tionghoa juga tidak lepas dari perguliran era reformasi.
Sore itu, kami memasuki jalan kecil di sebrang Ruang Publik Terbuka Anak (RPTRA) Kalijodo, Pejagalan Jakarta Utara, tepatnya di lantai tiga Gedung Sekolah Buddhis Tridharma Budhi Daya. Terlihat sosok Eddy Lie (68) sibuk mempersiapkan bilah-bilah bambu untuk pembuatan ranka Barongsai.
Kegiatan itu telah dilakukan Eddy selama 16 tahun. Beberapa bulan terakhir Ia menempati beberapa ruangan di lantai tiga itu untuk bengkel kerja pembuatan Barongsai dan berbagai pernak-pernik lainnya. Proses pembuatan Barongsai tidak ada high season atau low season. Kendatipun jelang Imlek, Cap Go Meh, Barongsai buatannya sudah siap digunakan.
Eddy biasanya mencari kertas singkong, beludru di Pasar Pagi Jakarta Kota. Sikap telaten diuji, terutama ketika sedang pada tahap pekerjaan finishing. Karena beberapa sambungan bamboo dilem dengan kertas singkong. Sementara simpul tertentu pada rangka Barongsai, terutama untuk penguatan harus dengan kawat. “Saya pakai lem basah. Kawat diikat pada simpul rangka kepala Barongsai. Karena simpul tersebut harus kuat, supaya nggak rusak waktu dimainkan.”
Selain itu, pada barongsai buatan Eddy tidak menggunakan tulisan seperti kebanyakan pengrajin lain. Ia menggunakan motif kain perca untuk memperindah, dan menonjolkan karakteristik pada karya-karya buatannya.
Sebenarnya menampilkan pertunjukan Barongsai tidak hanya pada suasana Imlek, Cap Go Meh. Tetapi ada beberapa acara misalkan peresmian pabrik, acara kesenian, gala dinner bahkan seminar, Barongsai diundang untuk tampil. “Tidak harus suasana Imlek. Bahkan saya pernah tampil pada pertunjukan Tatung (atraksi menusuk-nusuk anggota tubuh dengan benda tajam, semacam debus). Tapi kekhasan Imlek dan Barongsai terlihat dari warna merah, kuning. Angpao khas Imlek, beludru Barongsai juga dominan warna merahnya,” kata Eddy yang juga aktif pada Persatuan Liong dan Barongsai Seluruh Indonesia (PLBSI).