Terhubung dengan kami

Foto apa yang kamu cari?

Foto Cerita

Rambu Pindu Hurani

©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA
©Gama Satria/ARKAMAYA

Indonesia adalah negeri yang dapat membuat kita jatuh cinta sekaligus patah hati di hari yang sama. Ketika keindahan alam, semangat, dan keramahan penduduknya harus terbentur segudang realita.

Kisah realitas dunia pendidikan, di Pindu Hurani, sebuah desa di Kecamatan Tabundung, selatan Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pindu Hurani berasal dari kata ‘pindu’ yang berarti pintu dan ‘hurani’ berarti pohon yang harum. Mungkin nama ini adalah kiasan akan karakter penduduknya, yang penuh kehangatan dan terbuka.

Matahari di balik bukit belum menyembul seutuhnya ketika langkah-langkah kecil nan telanjang terlihat menapaki jalan menuju satu-satunya sekolah di desa itu. Tak perlu diberi komando, setiap anak menempati barisan sesuai kelasnya masing-masing.

Tunduk dalam doa, perwira di hadapan bendera. Seperti itulah sikap anak-anak di SD Masehi Billa. Setelah berbaris rapi di lapangan upacara, mereka pun bergegas menuju kelas. Seluruh murid berkumpul untuk melakukan doa bersama. Setiap kepala tertunduk dalam, setiap mata terpejam khidmat.

Masing-masing ruang kelas kemudian terisi sepenuhnya. Walau tak semua terdapat guru di dalamnya. Wajah-wajah serius dan tatapan mata kosong saling berebut untuk menangkap pelajaran yang disajikan. Semangat belajar ini begitu merata. Baik murid laki-laki, maupun para rambu, panggilan khas bagi anak perempuan di daerah itu.

Tak hanya menjadi tempat mereka belajar atau menuntut ilmu. Sekolah merupakan tempat berdoa dan bernyanyi demi meneguhkan hati. Sekolah adalah tempat bermain dan becanda bersama teman-teman sebaya. Mengisi masa kanak-kanak dengan bahagia. Kehadiran guru, membuat sekolah tak hanya menjadi sebuah gedung yang dingin.

Banyak harapan yang ada. Khususnya pembangunan pendidikan dalam negeri. Menjadi petunjuk jalan, kemana mereka hendak diarahkan. Pindu Hurani tak sekedar sebuah desa di Sumba Timur. Pindu Hurani bagaikan pintu pembuka bagi desa lainnya. Di setiap pelosok, di negeri ini.

Menanti para guru, pendidik yang memiliki keinginan dan harapan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Di tangan merekalah kelak, ad asa membangun desanya. Karena membangun negeri ini, harus dimulai dari desa mereka. Bukan dari ibukota.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Foto dan Teks : Gama Satria/ ARKAMAYA

Iklan
Iklan

Foto Cerita

Berawal dari sajian jamur tiram Ibu mertuanya yang menumbuhkan ide untuk menggeluiti bisnis jamur tiram dan hanya berbekal pengetahuan dari pencarian cara bercocok tanam...

Foto Cerita

Tombak kecil milik Adipati Karna yang menembus dada Gatotkaca itu langsung menghempaskannya ke tengah-tengah Padang Kurusetra. Gatotkaca pun gugur! Fragmen paling terkenal dalam kisah...

Foto Cerita

Pemerintah Orde Baru sempat melarang pertunjukan Barongsai selama 32 tahun. Namun, Barongsai dapat bangkit kembali pada pertengahan tahun 1999. Ketika bergulirnya gerakan reformasi pada...

Iklan
error: Content is protected !!
id_IDIndonesian
close