Siapa tak kenal dodol buatan Lauw Nyim Keng yang kerab kita jumpai di rumah-rumah kolega saat hari raya Imlek. Jelas saja ia telah menekuni usaha tersebut sejak tahun 1962, tentunya kini dodolbuatannya telah menjadi pusaka panganan etnis Tionghoa di Tangerang.
Pagi itu, kami mengunjungi rumah produksi dodol Lauw di Tangerang, Banten. melalui gang kecil, lalu disambut rumah pembuatan peti mati, dan sambutan hangat warga menunjukan dapur pembuatan panganan kenyal berbahan dasar santan, dan tepung beras.
Tepat di sebelah rumah pembuatan peti mati terdapat tempat penumbukan beras Lauw. Para wanita sibuk menumbuk beras dengan alat-alat tradisonal dan yang lain sibuk mengangkut tepung beras menuju dapur produksi. Kami menghabiskan waktu untuk menangkap beberapa aktivitaspara pekerja disana. Karna tanpa adanya tepung beras tumbukan mereka,adukan santan para pengaduk tidak akan pernahmengental.
Saat kami memasuki dapur produksi terlihat para pekerja saling bergantian mengaduk santan hingga kental. Aroma kayu bakar yang khas memenuhi tempat para pengaduk dodol. Ada kebersamaan diantara mereka, tiada aksi untuk cari muka. Namun, kerja sama dan kegigihan mereka lah yang membuat kekenyalan dodol lauw tetap terjaga hingga saat ini. Tidak hanya itu saja para bosnya juga senantiasa mendampingi para pekerjanya.
Kualitas dan bahan-bahan yang masih alami membuat dodol Ny Lauw masih dicari orang jelang perayaan Imlek hingga kini, dan menjadi salah satu buah tangan khas Kota Tangerang. Saat ini usaha Lauw dilanjutkan empat dari 10 anaknya dengan befrbagai macam merek dagang.
Foto dan Teks : Kolaborasi Telegraf
