Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Gambar komposit ini menunjukkan sebelum dan sesudah melalui proses rekayasa digital potret daun yang diendapi suspend particulate matter (SPM). Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya)
tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi
secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan. (Yuan Adriles/Telegraf)
Berawal dari sebuah keresahan akan buruknya kondisi udara dan banyaknya alat pengukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang tidak berfungsi di Jakarta, serta kurangnya kesadaran masyarakat kota metropolitan terhadap bahaya paparan polusi udara.
Tingkat polusi udara di Indonesia semakin parah, khususnya pada kota metropolitan seperti Jakarta. Diikuti dengan perkembangan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat pada setiap tahunnya. Namun, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya pencemaran yang disebabkan emisi moda transportasi yang meraka gunakan cendrung berkurang. Dengan adanya perkembangan teknologi fotografi seperti saat ini yang membantu menggambarkan suatu permasalahan kasat mata dengan membandingkan beberapa hasil fotografi digital pada foto daun yang diendapi partikulat debu yang melayang di udara atau suspend pariculate matter (SPM).
Suspend Partikulat Matter (SPM) yang berasal dari emisi kendaraan bermotor mengendap pada dedaunan yang terdapat di jalan raya kota metropolitan Jakarta, apabila unsur-unsur kimia kasat mata tersebut masuk dan mengendap pada tubuh manusia, tentunya dapat mempengaruhi kesehatan. SPM tidak dapat terlihat dengan bertelanjang mata. Dengam memanfaatkan medium fotografi sebagai visualisasi optik macro yang bertujuan membuka pandangan masyarakat sadar akan permasalahan kasat mata seperti polusi udara.
Foto dan Teks : Yuan Adriles